Asas-Asas Psikologis Dalam Ketrampilan Berbahasa (Istima’ Dan
Kalam)
1.
Hubungan Asas Psikologis dengan pemerolehan bahasa
Dalam
pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta antara
peserta didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda dengan mahluk lainnya
seperti hewan, benda dan binatang karena kondisi psikologisnya.[13] Kondisi
psikologis tiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya, latar
belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak
kelahirannya.Minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari kurikulum, yaitu
psikologi perkembangan, karena peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses perkembangan dan psikologi belajar, karena kemajuan-kemajuan yang
dialami peserta didik sebagian besar karena usaha belajar, baik berlangsung
melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun
pemecahan masalah.
Psikologi
perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa
pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Sementara
psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu
belajar.Apabila landasan psikologi perkembangan ini kita coba terapkan dalam
pembelajaran bahasa Arab maka hal yang pertama kali perlu diperhatikan adalah
masalah kesesuaian materi dengan tahap perkembangan peserta didik. Misalnya
anak yang masih belajar bahasa Arab di tingkat Madrasah Ibtidaiyah tentunya
tidak tepat bila diberi materi pelajaran qawaid. Selain itu dalam menyajikan
materi pelajaran dari Madrasah Ibtadaiyah sampai Madrasah Aliyah perlu
dirancang sedemikian rupa dengan menjadikan masa/fase perkembangan fisik dan
intelektual peserta didik sebagai landasan dan menghasilkan susunan materi yang
berangkat dari hal-hal yang mudah menuju hal-hal yang rumit dan kompleks. Sementara
dari teori psikologi belajar kita bisa menerapkan beberapa teori. Misalnya
terori Stimulus-Respon dari aliran Behaviorisme.
Dengan model
reward dan punishment dalam pembelajaran tentunya siswa lebih bersemangat.
Berikan saja hadiah yang sederhana misalnya penggaris atau ballpoint untuk
setiap jawabnya yang benar yang diberikan oleh siswa. Atau ketika menghukum
siswa, berilah hukuman yang edukatif misalnya dengan menyuruh siswa menghafalkan
50 kosa kata baru dalam bahasa Arab.[1]
2.
Implikasi/penerapan asas
psikologis dalam ketrampilan istima’ dan kalam dalam proses pembelajaran
bahasa.
·
Pengertian
Istima’ Dan Tahapan Dalam Mempelajarinya :
Meyimak adalah
sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesame manusia
dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal
mufrodat,bentuk-bentuk jumlah dan tarokib.
Salah satu
prinsip linguistic menyatakan bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni
yakni bunyi bahasa yang diucapkan dan bias didengar. Atas dasar itulah beberapa
ahli menetapkan suatu prinsip bahwa pengajaran
bahasa Arab harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan
pengucapan sebelum membaca dan menulis. Menyimak merupakan proses aktif dari
aspek pendengaran untuk menyusun wacana yang bersumber dari deretan suara atau
bunyi.[2]
Dalam
pembelajaran menyimak (istima’) ada beberapa tahapan latihan yang harus
dilakukan oleh seorang guru agar tercipta proses pembelajaran yang runtut dan
sistematis. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam menyimak:
1.
Latihan pengenalan
(identifikasi)
Latihan
pengenalan ini perlu diajarkan kepada siswa yang baru belajar bahasa kedua,
terutama pengenalan bunyi bahasa bagi pemula, langkah ini merupakan langkah
yang sangat penting dilakukan karena system tata bahasa arab berbeda jauh
dengan system tata bunyi bahasa ibu.
Ketrampilan
menyimap pada tahap pertama bertujuan agar siswa dapat mengidentifikasi
bunyi-bunyi bahasa arab secara tepat.satu keuntungan bagi guru bahasa arab
bahwa umumnya anak-anak Indonesia khususnya yang muslim telah mengenal
bunyi-bunyi bahasa arab sejak masa kanak-kanak, dengan adanya pembelajaran
bahasa arab di masjid dan musyola dan pelajaran sholat sejak usia dini. Ada
bunyi bahasa arab yang sama sekali berbeda dengan bunyi bahasa pelajar, ada
yang mirip dan ada yang sama sekali tidak dikenal oleh mereka (asing).
Berdasarkan
kenyataan ini , guru harus memberikan perhatian khusus kepada bunyi-bunyi yang
berbeda, yang mirip dan yang sama sekaliasing bagi pelajar, tahapan seperti ini
biasanya digunakan untuk tingkat dasar.
2.
Latihan
mendengarkan dan menirukan
Meskipun
latihan menyimak melatih pendengaran, tapi dalam praktik selalu diikuti dengan
latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan pada aspek pemahaman inilah yang
mejadi tuuan akhir dari latihan menyimak. Jadi setah siswa mengenal bunyi-bunyi
bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih
untukmengucapkan dan memhami makna yang terkandung di dalam ujaran tersebut.
3.
Latihan
mendengarkan dan memahami
Tahapan
selanjutnya setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa dan dapat mengucapannya,
latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu memahami bentuk dan makna dari apa
yang didengarnya itu. Teknik latihan
mendengar antara lain:
a)
Latihan melihat
dan mendengar(انظر و اسمع)
Guru memperdengarkan materi yang sudah direkam, pada waktu yang
sama memperlihatkan rangkaian gambar yang mencerminkan arti dan isi materi yang
didengar oleh siswa tadi. Gambar tersebut bias berupa film,slide dll.
b)
Latihan membaca
dan mendengar (إقرأ و اسمع)
Guru memperdengarkan materi bacaan yang sudah direkam, dan siswa
membaca teks (dalam hati) mengikuti materi yang diperdengarkan. Pada tingkat
permulaan, biasanya pembendaharaan kata-kata yang dimiliki anak masih
terbatas,oleh karena itu harus dipihkan bahan yang pendek-pendek, seperti
percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan sederhana yang tidak terlalu
sulit dipahami.
c)
Latihan
mendengarkan dan memperagakan (اقرأ و مثل)
Dalam latihan ini, siswa diminta untuk melakukan gerakan atau
tindakan non verbal sebagai jawaban terhadap stimulus yang diperdengarkan oleh
guru, kegiatan ini tidak terbatas pada ungkapan sehari-hari yang digunakan oleh
guru dalam kelas seperti:
إقرأ- أقفل الكتاب-
اجلس- أكتبوا- امسح السبورة- افتح الشبكة
Akan tetapi kegiatan-kegiatan yang berlaku diluar kelas yang dapat
didemonstrasikan:
تبكى فاطمة- يضحك فريد – السائق يقود السّيّارة- الخادم يكنس البلاط[3]
·
Pengertian
kalam Dan Tahapan Dalam Mempelajarinya :
Ketrampilan
berbicara (maharah al-kalam) sering juga disebut dengan istilah ta’bir.
Meski demikian keduanya memiliki perbedaan
penekanan, dimana (maharah
al-kalam) lebih menekankan pada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir
disamping secara lisan juga dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan.
Tahapan-tahapan
pembelajaran kalam
Tahapan
pembelajaran ketrampilan berbicara ini di bagi menjadi tiga tingkatan,adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1.
Bagi tingkat pemula
a.
Siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata,
menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran mereka secara ederhana.
b.
Guru mengajukan pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa, sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna.
c.
Guru mulai melatih bicara engan member
pertanyaan-pertanyaan sederhana.
d.
Guru menyuruh siswa menjawab latihan-latihan
syafahiyah dengan menghafalkan percakapan, atau menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan isi teks yang telah siswa baca.
2.
Bagi tingkat menengah
a.
Belajar berbicara dengan bermain peran
b.
Berdiskusi dengan tema tertentu
c.
Berbicara tentang peristiwa yang terjadi pada
siswa
d.
Berbicara tentang informasi yang telah
didengardaari televise, radio, dll.
3.
Bagi tingkat atas
a.
Guru memilihkan tema untuk berlatih berbicara
b.
Tema yang dipilih hendaknya menarik, yang
berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari
c.
Tema harus jelas dan terbatas
d.
Siswa dipersilahkan untuk memilih satu tema
atau lebih lalu dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui. [4]