Posisi
Pemerolehan Bahasa Terhadap Pembelajaran Bahasa
Bahasa pertama dan bahasa kedua sama-sama memiliki urgensi dalam
berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Semua kegiatan memerlukan
bahasa, tetapi tidak semua bahasa diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa
merupakan sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer sekaligus
konvensional. Kesewenangan bahasa diterima oleh masyarakat karena adanya
kesepakatan bersama, sehingga hal ini yang menjadikan setiap bahasa memiliki
kekhasannya masing-masing. Pengunaan istilah bahasa pertama perlu dibedakan
dengan istilah bahasa ibu. Bahasa pertama mengacu pada bahasa yang dikuasai
anak sejak lahir sedangkan bahasa ibu mengacu pada bahasa yang dikuasai oleh
ibu si anak (sejak lahir).
Pembahasan
mengenai bahasa kedua (B2) tidak terlepas dari pembahasan mengenai bahasa
pertama (B1). Bahasa kedua diperoleh setelah penguasaan bahasa pertama.
Pemerolehan bahasa kedua berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama. Perbedaan
ini terletak dari proses pemerolehannya. Penguasaan B1 melalui proses
pemerolehan sedangkan penguasaan B2 melalui proses pembelajaran. Pembelajaran
B2 dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal hanya dengan cara
sengaja dan sadar. Hal ini berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama yang
sifatnya alamiah serta dengan cara tidak sengaja dan tidak sadar.
Ellis (via
Chaer, 2003: 243) menyebutkan ada dua tipe pembelajaran bahasa yaitu tipe
naturalistik dan tipe formal di dalam kelas. Tipe naturalistik bersifat alamiah,
tanpa guru dan tanpa kesengajaan. Tipe ini umumnya banyak dijumpai di dalam
lingkungan masyarakat bilingual (multilingual). Dua tipe pembelajaran lainnya yang merujuk pada dua konsep ahli
psikolinguistik dari Amerika adalah Krashen dan
Terrell (via Subakyanto-Nababan, 1992: 82) yaitu: 1) pemerolehan B2 yang
terpimpin; dan 2) pemerolehan B2 secara alamiah. Keduanya mirip dengan dua tipe
yang diungkapkan oleh Ellis yaitu tipe naturalistik (alamiah) dan tipe formal
(terpimpin). Tingkat keberhasilan pemerolehan bahasa kedua dari dua tipe ini
tergantung dari individu serta keadaan ligkungan masyarakat pendukungnya.
Sebagai contoh yaitu kehadiran lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan
pembelajaran bahasa kedua.
-
Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua
Proses anak mulai mengenal
komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa
anak. Pemerolehan bahasa pertama (B1) (anak) terjadi bila anak yang sejak
semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan
bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk
bahasanya.
Pemerolehan bahasa pertama (B1)
sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif yakni pertama, jika anak
dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur
rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai
bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh
‘kategori-kategori kognitif’ yang mendasari berbagai makna ekspresif
bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, kausalitas, dan
sebagainya. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap penguasaan bahasa lebih
banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua (PB2) daripada dalam pemerolehan
bahasa pertama (PB1).
Melalui bahasa khusus bahasa
pertama (B1), seorang anak belajar untuk menjadi anggota masyarakat. B1 menjadi
salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendirian, dalam
bentuk-bentuk bahasa yang dianggap ada. Ia belajar pula bahwa ada bentuk-bentuk
yang tidak dapat diterima anggota masyarakatnya, ia tidak selalu boleh
mengungkapkan perasaannya secara gamblang.
Perkembangan bahasa anak adalah
suatu kemajuan yang sebarang hingga mencapai kesempurnaan. Pandangan kognitif
diwakili oleh Jean Piaget dan berpendapat bahwa bahasa bukan ciri alamiah yang
terpisah melainkan satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari
pematangan kognitif. Lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektual anak. Yang penting adalah interaksi anak dengan lingkungannya.
Cara pemerolehan bahasa kedua
dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan
pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang
diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung
pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh
seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
Pemerolehan bahasa kedua secara
alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi
sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman
cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri.
Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa.
Pemerolehan bahasa bersamaan dengan proses yang digunakan oleh anak-anak dalam
pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa
menuntut interaksi yang berarti dalam bahasa sasaran yang merupakan wadah para
pembicara memperhatikan bukan bentuk ucapan-ucapan mereka tetapi pesan-pesan
yang mereka sampaikan dan mereka pahami. Perbaikan kesalahan dan pengajaran
kaidah- kaidah eksplisit tidaklah relevan bagi pemerolehan bahasa, tetapi para
guru dan para penutur asli dapat mengubah serta membatasi ucapan-ucapan mereka
kepada pemeroleh agar menolong mereka memahaminya. Modifikasi-modifikasi ini
merupakan pikiran untuk membantu proses pemerolehan tersebut.
-Hubungan antara Pemerolehan Bahasa Pertama dan Pemerolehan Bahasa
Kedua
Ciri-ciri
pemerolehan bahasa mencakup keseluruhan kosakata, keseluruhan morfologi,
keseluruhan sintaksis, dan kebanyakan fonologi. Istilah pemerolehan bahasa
kedua atau second language aqcuisition adalah pemerolehan yang bermula pada
atau sesudah usia 3 atau 4 tahun. Ada pemerolehan bahasa kedua anak-anak dan
pemerolehan bahasa kedua orang dewasa.
Ada lima hal pokok berkenaan
dengan hubungan pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa kedua.
Salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah
bahwa pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari
perkembangan kognitif dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa
kedua terjadi sesudah perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah
selesai, dalam pemerolehan bahasa pertama pemerolehan lafal dilakukan tanpa
kesalahan, sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua itu jarang terjadi, dalam
pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ada kesamaan dalam urutan perolehan
butir-butir tata bahasa, banyak variabel yang berbeda antara pemerolehan bahasa
pertama dengan pemerolehan bahasa. Kedua, suatu ciri yang khas antara
pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua belum tentu ada meskipun ada
persamaan perbedaan di antara kedua pemerolehan.
Ada tiga macam
pengaruh proses belajar bahasa kedua, yaitu pengaruh pada urutan kata dan
karena proses penerjemahan, pengaruh pada morfem terikat, dan pengaruh bahasa
pertama walaupun pengaruh isi sangat lemah (kecil).