PERKEMBANGAN
PSYCO-FISIK SISWA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan
ranah-ranah psiko-fisik adalah prases perkembangan yang terfokus pada proses-proses
perkembangan yang di pandang memiliki keterkaitan langsung dengan proses
belajar. Proses perkembangan itu meliputi perkembangan motor (motor
development), yaitu proses perkembangan yang berpengaruh pada bentuk fisik
(jasmaniah), proses perkembangan kognitif (cognitif development), yaitu proses
perkembangan yang berpengaruh pada kecerdasan dan kemampuan seseorang. Bahasa
komunikasi sangat penting bagi proses perkembangan seseorang, karena tanpa
bahasa manusia tidak akan dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Anak yang
baru lahir pun telah memiliki bahasa isyarat, dengan menangis jika ia
menginginkan sesuatu, seiring dengan proses berkembangnya jasmaniah dan
rohaniah maka ia akan dapat mengetahui dan memahami bahasa komunikasi yang
lebih banyak lagi.
Proses
perkembangan ranah-ranah motorik maupun kognitif sangat penting bagi proses
belajar siswa. Karena dengan memahami proses perkembangan psiko-fisik siswa,
seorang guru akan dapat menjadi seorang guru yang profesional.
Perkembangan
fisik merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik yang sangat penting
dan mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya, seperti halnya aspek
karakteristik perkembangan fisik peserta didik.
Kognitif juga
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan
keberhasilan mereka di sekolah. Sebagai seorang guru memiliki tanggung jawab
yang besar dalam melaksanakan interaksi edukatif didalam kelas, dan perlu
memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta
didiknya. Dengan bekal pemahaman tersebut, maka guru akan dapat memberikan
layanan pendidikan atau melaksanakan proses pendidikan atau melaksasnakan
proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang
dihadapinya. Dengan berkembangnya kemampuan kognitifini maka, akan memudahkan
seorang menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga seorang anak didik
akan mampu menjalankan semua tugasnya dengan baik dan benar dalam berinteraksi
dengan sesamanya atau dengan lingkunganya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaiman
proses perkembangan motorik (fisik) siswa?
2.
Bagaimana proses perkembangan kognitif siswa?
3.
Bagaiman proses perkembangan bahasa siswa?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui proses perkembangan motorik siswa.
2.
Untuk mengetahui proses perkembangan kognitif siswa.
3.
Untuk mengetahui proses perkembangan bahasa siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses
Perkembangan Motorik (fisik) Siswa
Dalam
psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya. Secara
singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala kedaan yang meningkatkan atau
nenghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan-kegiatan organ fisik.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang
lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan
terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21
atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani,
seperti kepala, dan otak yang pada waktu dalam rahim berkenbang tidak seimbang.[1]
menurut
Gleitmen (1987 ) bekal yang dibawa seorang anak yang baru lahir sebagai dasar
perkembangan kehidupannya ada dua:
1. Bekal
kapasitas motor atau jasmani adalah
respon otomatis yang juga dimiliki seorang bayi sebagai bekal dan dasar
perkembangannya yakni gerakan kepala atau mulut yang jika setiap kali pipinya
disentuh ia akan berbalik dan bergerak kea rah datangnya rangsangan. Ada dua
macam reflek yang dimiliki oleh seorang bayi yaitu Graspe dan Rooting reflex yang merupakan kapasitas jasmani yang sampai
umur kurang lebih lima bulan, belum memerlukan kendali ranah kognitif karena
sel-sel otaknya belum cukup matang untuk berfungsi sebagai alat pengendal;iu.
2. Bekal
kapasitas panca indra (sensori) yaitu kapasitas sensori seorang bayi yang
lazimnya mulai berlaku bersama-sama dengan berlakunya reflek-reflekmotor tadi
bahkan dengan kualitas yang lebih baik. Dan ini terbukti dengan adanya
kemampuan pengaturan nafas,penyedotan , dan tanda-tanda stimulus lainnya.
Ketika seorang anak memasuki sekolah dasar atau ibtidaiyah, pada umur
enam atau tujuh tahun, sampai bahkan dua belas tahun maka perkembangan
fiosiknya mulai tampak benar-benar seimbangdan proporsional, artinya
organ-organ jasmani tumbuh serasi tidak lebih panjang atau lebih besar dari
semestinya, misalnya, ukuran tangan kanan tidak lebih panjang dari tangan kiri.
Gerakan-gerakan tubuh anak juga menjadi lincah dan terarah seiring dengan
munculnya keberanian mentalnya. Keberanian dan kemampuan ini disamping karena
perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan adanya keseimbangan dan
keselarasan gerakan organ tubuh anak. Namun, patut dicatat bahwa perkembangan kemampuan
fisik anak kurang berarti dan tak bisa meluas menjadi ketrampilan-ketrampilan
psikomotor y6ang berkaidah tanpa usaha pendidikan dan pengajaran.
Gerakan-gerakan
motor siswa akan terus meningkat keanekaragaman, keseimbangan dan kekuatannya
ketika ia menduduki bangku SMP dan SMA. Namun, peningkatan kualitas bawaan
siswa ini justru membawa konsekuensi sendiri, yakni perlu pengadaan guru yang
lebih piawai dan terampil. Kepiewaian guru dalam hal ini bukan hanya menyangkut
cara melatih ketrampilan para siswa, melainkan juga kepiawaian yang berhubungan
dengan penyampaian ilmu tentang alas an dan cara keterampilan tersebut
dilakukan.[2]
Bagi
anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal
sangatlah penting, sebab pertumbuhan dan perkembangan fisik anak secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi prilakunya sehari-hari. Secara
langsung pertumbuhan fisik anak akan menentukan ketrampilan anak dalam
bergerak. Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik
akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.[3]
Menurut
Freud ada enam tahap perkembangan fisik manusia meliputi:
a) Tahap Oral :
umur 0-1 tahun. Pada tahap ini mulut bayi merupakan daerah utama aktifitas yang
dinamis pada manusia.
b) Tahap Anal :
1-3 tahun. Pada tahap ini dorongan dan aktifitas gerak individu yang lebih
banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran.
c) Tahap Valis :
umur 3-5 tahun. Tahap ketika alat-alat kelamin merupakan daerah perhatian yang
penting dan pendorong aktifitas.
d) Tahap Laten :
umur 5-12 dan 13 tahun. Pada tahap ini dorongan-dorongan aktifitas dan
pertumbuhan cenderung bertahan dan sepertinya istirahat dalam arti tidak
meningkatkan kecepatan pertumbuhan.
e) Tahap Puberitas
: umur 12 dan 13. Pada tahap ini terjadi impuls-impuls menonjol kembali,
kelenjar-kelenjar indokren tumbuh pesat, dan berfungsi mempercepat pertumbuhan
kea rah kematangan.
f) Tahap Genital
: umur 12 dan seterusnya. Pada tahap ini
pertumbuhan genital merupakan dorongan penting bagi tingkah laku seseorang.[4]
Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan
fisik peserta didik dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu:
·
Setelah lahir hingga usia tiga tahun
·
Anak-anak hingga masa puberitas (3-10 tahun)
·
Tahap pubertas (10-14 tahun)
·
Tahap remaja atau adolesen (12 tahun ke atas).[5]
Seiring
dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut
mengalami perkembangan. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat
anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian
tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.[6]
Sejak
umur 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan yang dibutuhkan untuk membidik,
menyepak, melempar, dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan
anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pensil dari pada krayon untuk melukis.
Hingga pada usia 10-12 tahun, anak-anak mulai memperlihatkan ketrampilannya .
Anak-anak
masa sekolah ini mengembangkan kemampuan melakukan permainan dengan peraturan,
sebab mereka sudah dapat memahami dan menaati aturan-aturan suatu permainan.
Pada waktu yang sama, anak-anak mengalami peningkatan dalam kordinasi dan
pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan berbagai cabang olahraga, baik
secara individual ataupun kelompok.
2.2
Proses Perkembangan Kognitif Siswa
Kognitif
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan
keberhasilan mereka di sekolah.
Sama
halnya dengan sejumlah aspek perkembangan lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi
tahap menuju kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan konitif dapat dipahami
sebagai kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta kemampuan untuk
melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan
kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas,
sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya
dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.[7]
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan),
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. [8]
Menurut
seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak
(Jean Piaget) yang hidup antara tahun 1896-1980, mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan:
1) Tahapan Sensory-motor,
yakni perkembangan ranah kognitif yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usia
2 tahun. Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara
praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia
perbuat kecuali hanya mencari cara untuk melakukan sesuatu.
2) Tahapan Prey-operational,
yakni perkembangan ranah konitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Perkembangan
ini bermula pada saat anak memiliki penguasaan sempurna mengenai objek
permanen. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya
suatu benda yang harus ada atau biasa ada walaupun benda tersebut sudah ia
tinggalkan atau sudah tak dilihat atau tak terdengar lagi. Dalam hal ini, anak
mulai mampu melihat situasi problematic, yakni memahami bahwa sebuah keadaan,
mengandung masalah, lalu ia berpikir sesaat untuk memecahkan masalah tersebut.
3) Tahapan Concrete-operational,
yakni perkembangan yang terjadi pada saat usia 7-11 tahun. Dalam periode ini,
seorang anak akan memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of
Operations (satu langkah berfikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini
berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu kedalam system pemikirannya sendiri.
4) Tahapan Formal-Operational,
yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Dalam
tahap perkembangan ini, anak yang sudah menjelang atau menginjak masa remaja
memiliki kemampuan mengkoordinasikan sesuatu baik secara serentak maupun
berurutan dua ragam kemampuan kognitif yakni kapasitas menggunakan hipotesis
dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan
hipotesis ( anggapan dasar) seoarang remaja akan mampu berpikir hipotesis yakni
berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan
menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respon.
Sementara itu, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak remaja
tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang bersifat abstrak
seperti ilmu agama, ilmu matematika, dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas
dan lebih mendalam.[9]
2.3 Proses Perkembangan Bahasa Siswa
semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir
manusia untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya. Hal ini terlihat bahwa
manusia tidak memerlukan banyak hal untuk dapat berbicara. Orang yang dalam
jangka waktu cukup lama terus –menerus mendengar pengucapan suatu bahasa,
biasanya ia akan mampu mengucapkan bahasa tersebut tanpa instruksi khusus atau
direncanakan.[10]
Pada masa ini anak-anak sudah dapat membedakan
berbagai benda disekitarnya serta melihat hubungan fungsional antara
benda-benda tersebut. Disamping itu, penguasaan kosa kata anak juga meningkat
pesat. Anak mengucap kalimat yang makin panjang dan bagus, menunjukkan panjang
pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat
majemuk.[11]
Sampai
pada masa akhir anak-anak, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan
kosa kata anak meningkat dan cara anak-anak menggunakan kata dan kalimat
bertambah kompleks. Dari berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah, bacaan,
pembicaran dengan anak-anak lain, serta melalui radio dan televise, anak-anak
menambah perbendaharaan kosa kata yang ia pergunakan dalam percakapan dan
tulisan.
Disamping
peningkatan dalam jumlah perbendaharaan kata, perkembangan bahasa anak usia
sekolah juga terlihat dalam cara anak berpikir tentang kata-kata. Peningkatan
kemampuan anak sekolah dasar dalam menganalisis kata-kata, menolong mereka
dalam memahami kata-kata yang tidak
berkaitan langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadinya. Peningkatan
kemampuan analitis terhadap kata-kata juga disertai dengan kemajuan dalam tata
bahasa. Anak usia 6 tahun sudah menguasai hamper semua jenis struktur kalimat.
Dari usia 6-9 atau 10 tahun, panjang kalimat semakin bertambah. Setelah usia 9
tahun, secara bertahap anak mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan
padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.[12]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkembangan
Motor atau fisik dapat diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya. Secara
singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala kedaan yang meningkatkan atau
nenghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan-kegiatan organ fisik.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang
lebih selama dua dekade (dua dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan
terjadi pada masa anak menginjak usia remaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21
atau 22 tahun. Pada saat perkembangan berlangsung, beberapa bagian jasmani,
seperti kepala, dan otak yang pada waktu dalam rahim berkenbang tidak seimbang.
Tahapan-tahapan perkembangan fisik, antara lain:
a. Tahap oral,
umur 0-1 tahun
b. Tahap anal,
umur 1-3 tahun
c. Tahap falis,
umur 3-5 tahun
d. Tahap latin,
umur 5-12 tahun dan 13 tahun
e. Tahap
puberitas , umur 12-13 tahun
f.
Tahap genital, umur 12 tahun dan seterusnya
perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan),
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Tahapan-tahapan perkembangan kognitif, antara lain:
a. Tahap
sensory-motor, umur 0-2 tahun
b. Tahap
pre-operational,umur 2-7 tahun
c. Tahap
concrete-operational, umur 7-11 tahun
d.
Tahap formal-operation, umur 11-15 tahun
Perkembangan bahasa siswa adalah perkembangan dimana
seorang anak sudah dapat membedakan berbagai benda disekitarnya serta melihat
hubungan fungsional antara benda-benda tersebut. Disamping itu, penguasaan kosa
kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucap kalimat yang makin panjang dan
bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan
pendapatnya dengan kalimat majemuk.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. cetakan ke lima
belas.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Desmita.
2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Desmita.
2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.