Nama aslinya Vlad Tepes
(dibaca Tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember 1431 M di Benteng
Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Basarab (Vlad II), yang
terkenal dengan sebutan Vlad Dracul, karena keanggotaannya dalam Orde Naga.
Dalam bahasa Rumania, “Dracul” berarti naga. Sedangkan akhiran “ulea” artinya
“anak dari”. Dari gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama
Vlad Draculea ( dalam bahasa Inggris dibaca Dracula), yang berarti anak dari
sang naga/ dalm bahasa yunani anak iblis atau dalam bahasa jepang pangeran penyula
( http://id.wikipedia.org/wiki/Vlad_%C5%A2epe%C5%9F) nanti bagi juga yaaa...
Ayah Dracula adalah
seorang panglima militer yang lebih sering berada di medan perang ketimbang di
rumah. Praktis Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu, Cneajna, seorang bangsawan
dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang memberikan kasih sayang dan pendidikan
bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk menghadapi situasi mencekam di
Wallachia saat itu. Pembantaian sudah menjadi tontonan harian. Seorang raja
yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya sudah diarak keliling kota
oleh para pemberontak.
Pada usia 11 tahun,
Dracula bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini dilakukan sang Ayah
sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani yang telah membantunya
merebut tahta Wallachia dari tangan Janos Hunyadi. Selama di Turki, kakak
beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di madrasah untuk
belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang tekun belajar, Dracula justru
sering mencuri waktu untuk melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun. Begitu
senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak.
Sampai-sampai sehari saja tidak ada hukuman mati, maka dia segera menangkap
burung atau tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.
Dengan status
muslimnya, Dracula mempunyai kesempatan belajar kemiliteran pada para prajurit
Turki yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia bisa
menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki lainnya. Hal ini
menarik perhatian Sultan Muhammad II ( di Eropa disebut Sultan Mehmed II).
Hingga pada tahun 1448 M, menyusul kematian Ayah dan kakaknya, Mircea, yang
dibunuh dalam kudeta yang diorganisir Janos Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim
Dracula untuk merebut Wallachia dari tangan salib Kerajaan Honggaria. Saat itu
Dracula berusia 17 tahun.
Aksi Biadab Dracula Dengan
bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu, sebagian
besar pasukan kembali ke Turki dengan menyisakan sebagian kecil di Wallachia.
Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia menyatakan memisahkan
diri dari Turki. Para prajurit Turki yang tersisa di Wallachia ditangkapi.
Setelah beberapa hari disekap di ruang bawah tanah, mereka diarak telanjang
bulat menuju tempat eksekusi di pinggir kota. Di tempat ini seluruh sisa
prajurit Turki dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk duburnya
dengan balok runcing sebesar lengan, kemudian dipancangkan di tengah lapangan.
Dua bulan kemudian
Janos Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia dari tangan Dracula. Namun pada
tahun 1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di Wallachia. Masa
pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang sangat mengerikan. Yang
menjadi korban aksi sadisnya bukan hanya umat Islam yang tinggal di Wallachia,
tapi juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama Khatolik.
Di hari Paskah tahun
1459, Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan tanah beserta keluarganya di
sebuah gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah semuanya selesai makan, dia
memerintahkan semua orang yang ada ditempat itu ditangkap. Para bangsawan yang
terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh dengan cara disula. Sedang
lainnya dijadikan budak pembangunan benteng untuk kepentingan darurat di kota
Poenari, di tepi sungai Agres. Sejarawan Yunani, Chalcondyles, memperkirakan
jumlah semua tahanan mencapai 300 kepala keluarga. Terdiri dari laki-laki dan
perempuan, orang tua, bahkan anak-anak.
Aksi Dracula terhadap
umat Islam di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama masa kekuasaannya, tak
kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah peristiwa yang
digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:
Pembataian terhadap
prajurit Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada awal
kedatangannya di sana, setelah mengumumkan perlawanannya terhadap Turki.
Hutan Mayat yang Tersula Pada 1456, Dracula membakar
hidup-hidup 400 pemuda Turki yang sedang menimba ilmu pengetahuan di Wallachia.
Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu diarak keliling kota yang akhirnya
masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu dibakar dengan ratusan pemuda
Turki di dalamnya.
Aksi brutal lainnya,
adalah pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim Wallachia pada acara
penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini dikumpulkan dalam
jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar mereka dikunci
dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.
Dendam Dracula terhadap
Turki dan Islam semakin menjadi. Untuk menyambut hari peringatan St.
Bartholome, 1459, dia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para pedagang
Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan terkumpullah 30 ribu pedagang
Turki beserta keluarganya. Para pedagang yang ditawan ditelanjangi lalu digiring
menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka disula satu persatu.
Aksi kejam lainnya
adalah dengan menyebar virus penyakit mematikan ke wilayah-wilayah yang didiami
kaum Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya meracuni Sungai Danube. Ini
adalah taktik Dracula untuk membunuh pasukan Turki yang membangun kubu
pertahanan di selatan Sungai Danube.
Pada 1462 M, Sultan
Turki, Muhammad II mengirim 60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau
mati. Pemimpin pasukan adalah Radu, adik kandung Dracula. Mengetahui rencana
serangan ini, Dracula menyiapkan aksi terkejamnya untuk menyambut pasukan
Turki.
Sepekan sebelum
penyerangan, dia memerintahkan pasukannya untuk memburu seluruh umat Islam yang
tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat Islam yang terdiri dari
pasukan Turki yang tertawan, para petani, dan rakyat lainnya. Selama empat hari
mereka digiring dengan telanjang bulat dari Tirgoviste menuju tepi Sungai
Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para tawanan disula secara masal di
sebuah tanah lapang. Mayat-mayat tersula tersebut kemudian diseret menuju tepi
sungai. Lalu dipancang di kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh 10 km
untuk menyambut pasukan Turki.
Pemandangan mengerikan
ini hampir membuat pasukan Turki turun mental. Namun semangat mereka kembali
bangkit saat melihat sang Sultan begitu berani menerjang musuh. Mereka terus
merangsek maju, mendesak pasukan Dracula melewati Tirgoviste hingga ke Benteng
Poenari.
Pasukan Turki yang
dipimpin Radu berhasil mengepung Benteng Poenari. Merasa terdesak, isteri
Dracula memilih bunuh diri dengan terjun dari salah satu menara benteng. Sedang
Dracula melarikan diri ke Honggaria melalui lorong rahasia. Hingga tahun 1475 M
Wallachia dikuasai oleh Kerajaan Turki, sebelum akhirnya direbut kembali oleh
Dracula yang disokong pasukan salib dari Transylvania dan Moldavia.
Dracula tewas dalam
pertempuran melawan pasukan Turki pimpinan Sultan Muhammad II di tepi Danau
Snagov, pada Desember 1476. Kepala Dracula dipenggal, kemudian dibawa ke
Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki. Sedang badannya
dikuburkan di Biara Snagov oleh para biarawan.
Selain melalui cerita
turun-temurun rakyat Rumania, bukti-bukti sejarah terkait riwayat kelam Drakula
juga tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di Jerman dan Rusia